Selasa, 09 Juli 2013

MIND-SET PANCASILA Bag.III (Habis)

Dasar apakah yang melandasi gagasan ini ?
(LANJUTAN)

Mungkin gagasan “merekontruksi mind-set” untuk mempebaikinya kembali adalah hal baru yang kedengarannya asing. Namun, gagasan ini memiliki pijakan yang kuat dalam sistem perubahan tatanan hidup yang lebih menyukseskan. Gagasan ini berpijak pada konsep psikologi yang sering kita dengar, yaitu : “Hati-hatilah dengan Pikiran anda, karena pikiran anda menentukan cara pandang anda. Hati-hatilah dengan cara pandang anda karena bisa menentukan tindakan anda.
Hati-hatilah dengan tindakan anda karena bisa menjadi kebiasaan anda. Hatil-hatilah dengan kebiasaan anda karena ia awal karakter anda. Hati-hatilah dengan karakter anda karena awal perubahan NASIB anda.” Manusia pada hakikatnya ialah pikirannya, karena pikirannya-lah ia menjadi seperti apa saat ini. Ia bisa sukses atau gagal juga dari pikirannya. Bahkan nasib manusia yang seperti apa juga berasal dari bagaimana ia menggunakan pikirannya dengan baik untuk menggunakan segala sikap dan potensi yang terkandung di dalam dirinya. Oleh sebab itu, adanya negara yang belum maju juga ditopang oleh pikiran-pikiran masyarakat yang belum maju. Begitupula jika negara maju dan berperadaban tinggi maka unsur terpenting yang harus ditempuh ialah pemberdayaan pikiran masyarakatnya YANG patut didahulukan. Inilah yang selalu saya gagas selama ini. Kualitas pikiran seseorang menentukan kualitas hidup orang tersebut. Jika ada 30 % saja dari seluruh penduduk Indonesia yang memiliki pikiran berkualitas maka kita bisa melihat bangsa ini luar biasa. Tapi faktanya di Indonesia orang-orang yang punya pikiran berkualitas masih belum banyak. Perkiraan masih 3 % dari seluruh penduduk Indonesia. Sisanya yang 97 % adalah orang-orang yang berfikir pesimis, stuck, fatalis, sulit di ajak maju, instan, hedonis, individualis, gengsi, dan sebagainya. Bahkan pemerintahnya juga banyak yang begitu. Ya, tentu saja bangsa kita tidak bisa maju, sepatutnya kita tidak hanya menyalahkan pemerintah dengan janji-janji muluknya saat kampanye (karena itu adalah idealisme mereka) melainkan juga harus evaluasi diri terhadap kualitas yang kita miliki. Soal pemerintah, memang kita harus memperingatkannya apabila ada kebijakan yang tidak seimbang atau tidak sesuai dengan hukum, namun tetap –jika ingin maju-- kita kembali kepada individu masing-masing untuk MENINGGALKAN kebiasaan menyalahkan lingkungan yang tidak kondusif, misalnya: pemerintahnya tidak menyetujui, tidak adanya prasarana dan sarana, tidak adanya orang yang mendukung, dan sebagainya. Karena itu hanyalah alasan belaka yang tidak perlu kita pertimbangan untuk menjadikan hidup kita istimewa. Semuanya berawal dari dalam diri kita.



Langkah-langkah Menuju Kesana
Perlu diketahui ini adalah tugas bersama maka dari itu perlunya MENYATUKAN hati untuk kerjasama dari semua element masyarakat untuk melaksanakan tugas-tugasnya masing dengan baik. Diantaranya sebagai berikut:

  • Tugas pelajar : Belajar CARANYA BELAJAR ini sangat super penting, jangan sampai tidak bisa. Sudah sekolah bertahun-tahun harus "belajar cara belajar" yang mengasyikkan dan efektif. Kan lucu orang belajar tapi tidak tahu caranya belajar itu sendiri. Seperti orang mencangkul sudah bertahun-tahun tapi tidak tahu caranya mencangkul yang benar dan efektif.
  • Tugas Pemerintah : Terus mengupayakan program-progamnya yang semakin berkualitas dan mendukung penuh kegiatan masyarakat yang mendukung program pemerintah tersebut baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 
  • Tugas Pendidikan Formal dan Non-formal : Memiliki sistem kurikulum dan pengajaran yang berbasis perbaikan mental tidak hanya pengetahuan diantaranya skill dan attitude (sikap). Dan memiliki tenaga pendidik yang profesional yakni ahli dalam teori, konsep, dan teknik edukasi yang mengasyikkan, mengena dan menuju ke dasar kebutuhan anak. Sehingga anak didik benar-benar mendapatkan manfaat dari pendidikannya. Tidak sekedar ijazah. 
  • Tugas Orang tua: Belajar bagaimana menjadi orang tua yang baik yang dicintai anak-anaknya, karena selama ini tidak sedikit orang tua yang mendidik anak-anaknya tapi justru dianggap menekan dan membatasi ruang gerak aktivitas dan kreasinya. Sehingga anak berfikir kerdil, minder, akhirnya tidak maju dalam berkompetisi hidupnya. 
Luruskan kembali niat. Kita harus menyatukan hati demi terbentuknya nasib bangsa yang lebih baik dengan berpedoman PANCASILA dan Keyakinan agamanya masing-masing. Mari kita bangun bangsa lebih maju.

Salam Segalanya Buat Anda.
By : AHMAD FATAHILLAH
MOTIVATOR DAN TRAINER PEMBERDAYAAN DIRI PELAJAR

0 comments:

Posting Komentar

Tuangkan kritik dan saran Anda di sini !

Popular Posts